Sunday, August 9, 2015

hmmm... hallo
blog ini hanya sebagai wadah saya untuk menyalurkan kreatifitas saya yang bersifat fiktif untuk cerpen yang telah saya hasilkan.
saya suka menulis sejak saya smp.
saya suka menulis puisi, membuat cerpen, dll.
saya mohon bantuan agan/sist sekalian untuk memberikan kritik/saran yang bersifat membangun untuk menambah kemampuan menulis saya.
saya akan sangat senang jika agan/sist meminta sebuah cerpen/puisi dengan tema yang kalian tentukan sendiri. dan akan segera saya proses.
terima kasih.

Friday, July 24, 2015

Another Shoot ( Cerpen )

Jakarta masih tampak lengang di fajar sepagi ini. Betapa sejuknya udara bersih yang akan hilang dalam beberapa saat saja.

"mama, aku jalan dulu ya"

Viona meneriaki mamanya dari ujung pintu. Ia menyambut senyum hangat Papa yang menghampirinya dengan tergopoh-gopoh dengan bantuan tongkat penyangga. Papa baru saja kecelakaan 3 hari yang lalu, tulang dijari kakinya patah, jadi untuk waktu yang entah sampai kapan Papa hanya melakukan bed rest di rumah. Viona pun terpaksa diantar jemput oleh om nya, om Ridwan.

Di pagi yang sejuk ini, seharusnya membawa kebahagiaan bagi setiap warga Jakarta, namun nasib baik tidak begitu ingin memihak kepada Viona. Tiba-tiba saja motor yang dikendarainya berhenti mendadak. Viona cemas karena hal itu terjadi beberapa kali. Jarak tempat Ia berhenti saat ini sangat amat dekat dengan sekolahnya, dan Ia punya waktu 10 menit sebelum bel berdentang.

Lagi-lagi nasib baik memang sepertinya sedang tidak memihaknya, ditengah cemasnya Ia karna takut terlambat, serta pengendara sekitarpun memandangi nya seperti ada yang salah dengan dirinya, ditambah tiba-tiba saja Theo, yang belum lama putus dengan Viona melintas dihadapannya, tanpa sedikitpun berniat untuk memberikan tumpangan. Viona nampak geram karena kehadirannya.

"Om, masih lama ya? Viona jalan aja deh Om, takut telat"

"Engga kok Vio, ini udah bisa"

Akhirnya mereka meneruskan perjalanan yang kurang dari 300 meter itu. Dan, motonya kembali berhenti tepat di depan gerbang sekolahnya yang sangat luas. Bahkan Ia masih harus berjalan 200 meter dari gerbang menuju lobby sekolahnya. Viona mengambil langkah seribu untuk memastikan bahwa dirinya tidak terlambat. Baru saja ia menghembuskan nafas setelah sampai di kelasnya, di lantai 3, bel berdentang. Sejenak Viona merasa lega dan melupakan semua kelelahannya dan fokus pada pelajaran.

***

"Nanti malam lo ada acara ga?" tanya calvin, teman sekelas dan sebangku Viona

"Mmmm, engga"

"Ikut gue yuk! Gue mau ajakin lo wisata kuliner!"

"Boleh. Sama siapa aja?"

"Nanti ketemu sama temen gue di sana. Dodi juga ikut kok"

Dodi juga merupakan teman sekelas mereka

"Jam 7 ya, nanti gue jemput"

***

Waktu yang dinantikan tiba, calvin pun datang menjemput Viona dengan motornya. Kedatangannya disambut hangat oleh Papa Viona.

"Pa, Vio jalan dulu ya"

"Mari Om"

Merekapun tiba di tempat tujuan mereka, Viona yang introvert cenderung pendiam saat bertemu orang-orang baru, namun ia berusaha menyesuaikan diri dan mereka mulai berbaur satu sama lain. Namun kecanggungan Viona memuncak saat salah seorang teman calvin menatapnya begitu mendalam. Viona tertunduk dan diam seribu bahasa, mukanya memerah, dan pikirannya mulai menjalar menerka-nerka apa ada yang salah dengan dirinya. Viona kemudian mencari tahu apa tatapan terhadapnyanya sudah usai, namun Viona salah, Marcell masih menatapnya sedemikian mencengang hingga calvin mulai buka suara.

"Kalian mau pesan apa?"

"Teh tarik 1" Viona dan Marcell tanpa sadar menjawabnya dengan kompak, namun tak ada seorangpun yang menggubris.

"Syukurlah" batinya

"Oh iya kalian kan belum kenalan" Calvin yang pintar mencairkan suasana buka suara lagi. Farell salah satu teman Calvin langsung menjabatkan tangannya ke tangan Viona memperkenalkan dirinya.

"Marcell" Ia menjabat tangan Viona serta berhasil meluluhlantahkan perasaan yang berkecamuk di hatinya

"Viona"

"Wah kok nama kita sama??? Nama gue Marcell Viona" ujarnya semangat. Viona nampak sangat bingung bagaimana bisa namanya Marcell Viona, tapi ah ya sudahlah.

Mereka saling bertukar pin bb, dan nomor telpon, dan kemudian memutuskan berpisah karena hari semakin larut dan besok adalah hari jumat, mengingat mereka masih sekolah. Calvin kembali mengantar Viona pulang.

"Emang namanya si Marcell beneran Marcell Viona, Vin?"

"Ya enggaklah. Lo percaya aja! Dia tuh emang gitu, lucu orangnya"

"Iyasih emang lucu" benarnya

Pertemuan mereka tidak hanya sampai disitu, mereka menjadi sering kumpul bareng dan jalan bareng untuk sekedar nonton, hangout, atau makan. Ya, nampaknya Viona sangat tertarik dengan Marcell. Semoga ini jalan untuk melupakan Theo.

Takdir

Terkadang, semesta terasa begitu kejam Ia membuatku berkutat pada belenggu kehidupan Di antara pilihan, memilikimu, atau mengikhlaskanmu Hal...