Monday, April 11, 2016

Aku Pergi Tanpa Pesan

Kamu adalah zat adiktif paling aman yang pernah kutemui, namun nyatanya dirimu adalah candu yang patut kuhindari.

Sesuap demi sesuap terus ku nikmati makan malamku yang terasa lebih gurih kali ini.
Sesekali ku lirik engkau yang mulai merona menahan kejamnya sambal yang menusuk lidah dan tenggorokanmu. Dengan segala kebodohanku, aku hanya bisa terkikih melihat kau yang mulai dilumuri keringat.

"Kamu ga suka pedas ya? Minum nih" ku sodorkan segelas es teh manis segar yang kuharap dapat meringankan rasa pedasnya.

Tempat ini menjadi tempat favorit kami, dia dan muka merahnya adalah pemandangan yang kuselalu jumpai di setiap malamnya.

Cita rasa baksonya tak pernah beubah, suasanya klasiknya pun tak pernah sirna tak banyak yang berubah dari setiap malam kita, kecuali perasaanku dan mungkinkah perasaanmu?

Sapaan lembut selalu mengakhiri perpisahan kami. Sebuah kalimat yang singkat namun penuh kepedulian. Rasa cemasnya terpaut jelas di kedua bola matanya yang sayu saat kami hendak berpisah karena jarak yang tak searah.

Kau hadir dengan semua jawaban dari segala ketakutanku, kecuali ketakutan terdalamku; perempuanmu.
Aku takut melukai hatinya, aku takut membuatnya kehilangan sosok dirimu meski tidak pernah terbesit sedikitpun niat untuk melakukan hal itu.

Apakah langitku dan langitmu satu?
Apakah hujan wanitamu adalah surya bagi langitku?
Apakah kita menggenggam pelangi yang sama?
Atau malah kau tetap utuh menjaga bintangmu?

Ah lamunanku buyar ditengah kerumunan orang di kedai bakso malam itu.
Masih kutatap wajahnya yang memerah
Dan tergaris jelas wajah wanitanya menghiasi kelopak matanya

Bodoh....
Mengapa aku bejalan di garis abstrak yang tak pernah ku tau ujungnya
Bahkan sekedar petunjuk arahnya
Aku merasa buta
Buta akan sosok dirimu
Senja dan pagimu selalu sempurna
Tak perlu kulengkapi lagi
Mungkin ini adalah kali terakhir aku melihat wajah merahmu...
Karna aku bukan rumah abadi bagi dirimu
Dan aku terus berjalan untuk mencari itu

Aku akan pergi tanpa pesan...

No comments:

Post a Comment

Takdir

Terkadang, semesta terasa begitu kejam Ia membuatku berkutat pada belenggu kehidupan Di antara pilihan, memilikimu, atau mengikhlaskanmu Hal...